Minggu, 02 Januari 2011

Contextual Teaching And Learning ( Pembelajaran Konstektual)



1. Hakikat pembelajaran kontektual (Contextual Teaching And Learning) adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu :
- Kontruktivisme (Contruktivism)
- Menemukan (Inguiry)
- Bertanya (Questioning)
- Pemodelan (Modelling)
- Refleksi (Reflection)
- Penilaian yang sebenarnya (Authentic Authenctic)
(pendekatan kontektual DEPDIKNAS 2005 : 5)
Tujuh Komponen CTL
a. Kontructivisme (Contructivism)
Contructivisme (contructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedeikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas.
Konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta konsep-konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dalam pandangan kontrutivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :
Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
b. Menemukan (Inguiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Observasi (observation)
Bertanya (questioning)
Mengajukan dugaan (hipotesis)
Pengumpulan data (date gathering)
Penyimpulan (conclusion)
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran CTL. Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa.
Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inguiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Questioning dapat diterapkan antara lain :
Siswa dengan siswa
Guru dengan guru
Siswa dengan guru
Siswa dengan orang yang didatangkan ke kelas
Dan sebagainya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep dari masyarakat belajar adalah pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam kelas CTL, guru selalu mekasanakan dalam kelompok-kelompok belajar.
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan yang dimaksud adalah, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga bisa didatangkan dari luar.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Kunci dari refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Assesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Assesmen dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran, yang penekanannya pada proses pembelajaran. Oleh karena itu data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil, dan dengan berbagai cara, test hanya salah satunya. Itulah hakekat penilaian yang sebenarnya.
Dengan melakukan authentic assessment, pertanyaan yang ingin dijawab adalah “apakah anak-anak belajar?”, Apa yang sudah dikerjakan?”. Jadi siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara, tidak melulu dari hasil ulangan tertulis.
Dengan mengacu pada prinsip-prinsip pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa dapat menemukan konsep sendiri menggunakan fakta – fakta yang ada dengan jalan bertanya dalam masyarakat belajar yang diciptakan yang digunakan sebagai model untuk merefleksikan konsep yang didapat sehingga hasil yang didapat adalah hasil yang nyata melalui proses penemuannya sendiri.
2. Landasan Teoritik Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning)
Ada beberapa teori belajar yang melandasi pendekatan konstektual untuk dapat diterangkap. Adapun teori belajar tersebut adalah :
(a) Teori Belajar Jerome Bruner
Teori belajar J. Bruner dikenal dengan teori belajar penemuan. Belajar penemuan merupakan usaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga mendapatkan pengetahuan yang benar – benar bermakna bagi dirinya (Psikologi pendidikan Drs. Wasty Soemanto : 123)
(b) Teori Belajar Ausubel
Belajar menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Menurut ausubel belajar bermakna adalah proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam memori seseorang.
(c) Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget, ada tiga bentuk pengetahuan pada seseorang yaitu pengetahuan fisik, logika-matematik, dan pengetahuan social. Pengetahuan social dapat ditransfer dari guru ke siswa, sedang pengetahuan fisik dan logika-matematik harus dibangun sendiri oleh orang tersebut (psikologi pendidikan Drs. Wastu Soemanto : 123)
Kesimpulan yang didapat dari landasan teoritik pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah teori belajar yang dapat diterapkan berdasarkan penemuan yang bermakna yang didapat dari transfer orang lain atau yang dibangun dari siswa sendiri.
3. Strategi Pembelajaran yang Relevan terhadap Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Strategi yang sesuai dengan pendekatan kontekstual menurut Nur Hadi (2002:6) adalah sebagai berikut :
(a) Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
CBSA adalah siasat atau strategi membelajarkan siswa melalui pengoptimalan kegiatan intelektual, mental, emosi, social dan motorik agar siswa dapat menguasai tujuan-tujuan intruksional yang harus dicapainya.
(b) Pendekatan Proses (Processing Learning)
Pendekatan proses adalah pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan, pada bagaimana ilmu pengetahuan dapat dibelajarkan kepada siswa oleh guru.
(c) Pembelajaran Berdasar Kerja (Life Skill Education)
Pembelajaran berdasar kerja adalah pendekatan pengajaran dimana siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk belajar materi sekolah dan bagaimana materi tersebut digunakan di tempat kerja tersebut.
(d) Pengajaran Autentik (Authentic Intruction)
Pengajaran autentik adalah pengajaran menghargai siswanya belajar dalam konteks bermakna. Pembelajaran tersebut membantu berpikir dan memberikan ketrampilan siswanya dalam memecahkan masalah yang berguna dalam dunia nyata.
(e) Pembelajaran Berdasarkan Inguiri (Inguiri Based Learning)
Pembelajaran berdasarkan masalah adalah strategi pengajaran yang mencontoh pada metode ilmiah dan memberikan kesempatan untuk belajar bermakna.
(f) Pembelajaran Berdasar Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah-masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan terampil memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan dari konsep-konsep dasar.
(g) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya.
(h) Pembelajaran Jasa (Service Learning)
Pembelajaran jasa adalah metode pengajaran yang mengkombinasikan pelayanan masyarakat dengan pelajaran sekolah yang didasarkan pada kesempatan untuk merefleksikan/menyatakan tentang pelayan itu, dan menekankan pada hubungan antara pengalaman pelayanan dan pembelajaran akademik.
Dari beberapa strategi pendekatan di atas, peniliti memilih pembelajaran kooperatif sebagai model dalam pendekatan kontekstual. Alas an pemilihan lebih rinci ada pada keterkaitan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual (sub bab V).
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang siswa belajar bersama dengan kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud heterogen adalah terdiri dari campuran siswa, jenis kelamin, ras/suku, kesenangan, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang latar belakangnya berbeda. Pada model pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
(a) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa “sehidup sepenanggungan bersama”
(b) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
(c) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
(d) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
(e) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
(f) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
(g) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Beberapa keuntungan dalam pembelajaran kooperatif menurut slavin dalam buku Pembelajaran kooperatif :
Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
Siswa aktif membentuk dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil. Aktif berperan sebagai tutor dalam kelompok sehingga dapat meningkatkan keberhasilan kelompok.
Interaksi antar siswa membantu meningkatkan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Interaksi antar siswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif mereka.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 langkah utama atau tahapan dalam model pembelajaran kooperatif. Keenam tahap pembelajaran kooperatif tersebut dirangkum dalam table berikut :
TABEL : 1
TAHAP – TAHAP MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tahap-tahap Kegiatan Guru
Tahap – 1
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
3.
Tahap – 2
Menyajikan informasi Guru menyampaikan tujuan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
Tahap – 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transit secara efisien.
Tahap – 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Tahap – 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap – 6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upa maupun hasil belajar individu dan kelompok
KETERKAITAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Salah satu komponen dari CTL adalah masyarakat belajar (Learning Community). Konsep learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah dan dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelakaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Metode pembelajaran teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam :
- Pembentukan kelompok kecil
- Pembentukan kelompok besar
- Mendatangkan ahli kke kelas
- Bekerja dengan kelas sederajat
- Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
- Bekerja dengan masyarakat
Dari konsep masyarakat belajar yang ada, maka ada keterkaitan CTL dan pembelajaran model kooperatif. Keterkaitan itu adalah siswa harus menemukan konsep dan bertanya yang diciptakan sendiri pada kelompoknya, sehingga siswa akan lebih berkomunikasi dan menyelesaikan masalah dengan teman satu kelompok dan hasilnya akan lebih diterima karena hasil itu adalah dari pemikiran anggota kelompok.
2.2. Pengertian Belajar
Menurut RERGUTNRIE dalam bukunya (the psychology of learning) mengemukakan definisi belajar yang artinya sebagai berikut berbuat sesuatu, belajar untuk menulis, belajar untuk bermain sky, pendek kata ialah hasil suatu kecakapan atau keahlian khusus atau sanggupan dari beberapa prestasi. Jadi pengertian belajar ini adalah adanya perubahan-perubahan yang menuju ke arah yang lebih sempurna (maju) dan perubahan-perubahan itu dikarenakan adanya latihan-latihan yang disengaja (TIM MKDK hal : 110) psikologi pendidikan.
Teori-teori belajar dari psikologi humanistic
Tujuan utama para pendidik ialah :
Yaitu membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. (hama check 1977 : 148). Menurut Rogers dalam bukunya Freedom to learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting diantaranya adalah :
1. Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung unbtuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimulasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadinya cara yang berbeda-beda dan terjadinya proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya baik perasaan maupun intelek merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri kemerdekaan, kreatifitas lebih mudah dicapai apabila terutama siswa dirasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara yang kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya. Keadalam pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu (buku psikologi pendidikan Drs. Wasty Soemanto : 132)
Belajar dengan memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan khusus memberi hasil yang lebih unggul, dan aturan yang ditemukan sendiri memberi kemampuan yang lebih tinggi dan akan diingat dalam jangka waktu yang lebih lama. Buku belajar-mengajar Prof. Drs. Nasution.M.A. p: 173
2.3. Fisika adalah cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains). Oleh karena itu hakekatnya fisika dapat ditinjau dan dapat dipahami melalui hakekaktnya sains.
Beberapa saintis mendifinisikan sains sebagai berikut :
 Conant dalam sumaji, 1998, 161 : “Sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi, yang berguna dan bernilai untuk eksperimentasi serta observasi.
 Fisher dalam Sumaji, 1998, 161 : “Sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan observasi”
 Campbel dalam Sumaji, 1998, 161 : “Saint adalah pengetahuan yang bermanfaat dan praktis dan cara atau metode untuk memperolehnya”.
 Zen dalam Sumaji, 1998, 161 : “Sains adalah suatu eksplorasi kea lam materi berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri”.
 Carin dan Sund dalam Sumaji, 1998, 161 : “sains adalah suatu system untuk memahami semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau eksperimen yang dikontrol”.
 Dawson dalam Sumaji, 1998, 161 : “Sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam disekilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.
Dari beberap definisi sains di atas maka dapat disimpulkan bawah : “sains terdiri dari dua aspek yaitu proses sains dan produk sains”. Proses sains eksperimen yang meliputi penemuan masalah dan perumusannya.
Penemuan hipotesis merancang percobaan melakukan pengukuran, menganalisa datan dan menarik kesimpulan. Produk sains (IPA) adalah berupa bangunan sistematik pengetahuan yang terdiri atas berbagai fakta konsep prinsip, hokum dan teori yang terorganisir,
Berdasarkan uraian ini maka fisika merupakan proses dan produk yang saling berkaitan. Ini berarti bahwa dalam fisika tidak hanya mendengarkan ceramah atau membaca teks saja, tetapi harus disertai dengan keaktifan dari siswa itu untuk dapat menemukan sendiri.
Berdasarkan pengertian belajar dan pengertian fisika maka hakekatnya belaja fisika adalah proses perubahan di dalam diri manusia yang tumbuh. Sebagai hasil eksperimentasi dan observasi serta berguna untuk diamati dan diekspermentasikan lebih lanjut.
2.4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah keadaan akhir yang diamati pada tiap satu bahasan sebagai hasil kegiatan pembelajaran yang dicapai individu keadaan akhir ditandai dengan tingkah laku yang dapat diamati.
Keterampilan, pehaman, dan pengetahuan yang dapat diukur dari skor nilai yang diperoleh siswa.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor :
1. Faktor Intern
Factor intern adalah fakto yang berasal dari individu sendiri. Faktor ini misalnya faktor fisik / keadaan jasmani dari individu, faktor psikologis yang merupakan faktor kejiwaan / mental individu yang terdiri dari intelegen, bakat, minat serta motivasi.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, misalnya faktor lingkungan, tempat individu tersebut dilahirkan, baik tempat tinggal, bermain dan sebagainya. Faktor sosial yang merupakan faktor lingkungan pergaulan yang meliputi orang tua, guru, teman. Faktor alat serta instrument yang semuanya berhubungan dengan pembelajaran.
Dalam menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran khusus telah dikuasai oleh para siswa, dapat digunakan tes. Pengertian tes adalah sederatan pertanyaan / latihan / alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan / bakat yang dimiliki oleh individu / kelompok. Tes menurut Ibrahim (1996) meliputi tes tertulis dan lisan yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran khusus dan tes perbuatan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan siswa yang terkandung dalam tujuan pembelajaran khusus (missal lompat tinggi. Melukis)

Comments :

0 komentar to “Contextual Teaching And Learning ( Pembelajaran Konstektual)”

Posting Komentar